Terdengar cerita disebuah tempat nan jauh dari ibu kota kerjaan sumedang larang terdapat sebuah tempat / padukuhan yang asri . Tempat tersebut berada 1.500 Meter dari sebuah gunung orang biasanya menyebut gunung tersebut gunung bongkok.
Dari Gunung tersebut
terdapat sebuah sungai yang membelah dan
menjadi batas alam dua desa (desa cikaramas-desa cikawung subang). Dari sungai
tersebut mengalir air yang mampu mengairi areal pesawahan disekitarnya dan
areal pesawahan lainya sejauh 8,5 Km dari mata air.
Konon ceritanya nama Cikaramas
berawal dari kisah ” Seorang Kyai (EYANG ABDUL) (pendiri sekaligus pimpinan
pondok pesantren yang pertama di dusun sukamanah) kedatangan seorang tamu (
penduduk dusun) yang bermaksud untuk
memohon kepada kyai (EYANG ABDUL) mengobati salah satu keluarganya yang sedang
sakit.
Dengan senang hati Kyai (EYANG
ABDUL) menerima tamu tersebut dan
mempersilahkannya masuk dan bersama-sama duduk diserambi pondok. Dengan penuh
kewibawaan dan kharisma yang tinggi kyai (EYANG ABDUL) menanyakan maksud dan
tujuan kedatangan tamu tersebut walaupun dengan ilmunya, kyai (EYANG ABDUL)
sudah mengetahui maksud dan tujuan tamunya. Dengan terpatah – patah tamu
tersebut memaparkan maksud dan tujuannya bahwasanya salah seorang keluarganya
sakit keras, dan memohon kepada kyai (EYANG ABDUL) untuk mengobatinya.
Kyai (EYANG ABDUL) tersenyum
mendengar maksud dan tujuan tamunya dan dengan penuh kearifan kyai (EYANG
ABDUL) menjawab bahwasanya ” Yang bisa menyembuhkan semua penyakit itu hanyalah Allah SWT, atas ijinnya Insyallah semua
penyakit yang diderita akan sembuh dengan sendirinya, Kita hanya bisa berusaha
untuk sembuh.
Untuk mengembirakan tamunya
kyai (EYANG ABDUL) menerima permohonan tamunya dengan satu syarat bahwa apabila
yang sakit itu sembuh semua itu semata-mata karena Allah SWT bukan karena Kaula
(Saya), maksud dan tujuan kyai (EYANG ABDUL) tersebut agar tidak terjadi
kemusyrikan (menyekutukan ALLH SWT) dan untuk lebih meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan ilmu yang dimilikinya
kyai (EYANG ABDUL) berdo’a dan memohon kepada ALLAH SWT untuk kesembuhan
pasiennya. Dengan ijin Allah kyai mendapatkan ilham bahwa salah satu sareat
kesembuhan pasienya adalah air yang airnya harus diambil dari mata air gunung
bongkok.
Kyai (EYANG ABDUL) memerintahkan
kepada tamunya untuk mengambil air yang terletak di hulu sungai gunung bongkok.
Dengan senang hati tamunya tersebut menyanggupi apa yang diperintahkan oleh
Kyai (EYANG ABDUL) sambil membawa KELE (Tempat air dari pohon bambu
gombong/surat dengan panjang sekitar 50 Cm) dia (tamu) tersebut bergegas pergi
untuk mengambil air tersebut. Mata air gunung bongkok terletak di lembah
gunung, airnya jernih dan dingin. Perjalanan menuju lembah tersebut sekitar
3 jam
dengan berjalan kaki.
Setelah beberapa jam Kyai
(EYANG ABDUL) menunggu tamunya dan tidak lama kemudian tamunya tersebut datang
dengan membawa KELE (tempat air) dan menyerahkannya kepada Kyai (EYANG ABDUL).
Kemudian Kyai (EYANG ABDUL) membawa KELE tersebut ke kamarnya dan berdo’a untuk
kesembuhan pasienya.
Setelah berdo’a ( penyerahan
segala sesuatu kepada Yang Kholik) kyai (EYANG ABDUL) menyerahkan KELE tersebut
kepada tamunya dan diperintahkan agar air di dalam KELE tersebut di minum
kepada yang sakit dan dijadikan biang untuk mandi.
Dengan penuh keyakinan si tamu
tersebut bergegas pulang ke rumahnya dan menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Kyai (EYANG ABDUL). Setelah beberapa hari kemudain atas ijin-Nya sakit
yang diderita oleh salah satu keluarganya tersebut sembuh dan bisa hidup
sebagaimana mestinya.
Atas kesembuhan salah satu
penduduk dusun tersebut tersiar berita dari mulut ke mulut bahwa air yang
diambil dari Hulu Sungai Gunung Bongkok tersebut mampu menyembuhkan penyakit,
tentunya atas ijin dan ridho dari Allah SWT serta do’a sang kyai.
Lama kelamaan air yang
terletak di hulu sungai gunung bongkok tersebut di keramatkan oleh sebagian
orang dan menamakannya ” CIKURAMAS” (AIR KERAMAS) dan dijadikan nama sungai,
Sungai ” CIKARAMAS”.
Dari waktu ke waktu dan dari
zaman ke zaman ”SUNGAI CIKURAMAS” tersebut berubah nama dengan sendirinya yaitu
menjadi ” SUNGAI CIKARAMAS” sampai sekarang.
Pengambilan nama Desa oleh
Para tetua kampung, tokoh – tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat pada zaman
itu berdasarkan pada keadaan adat istiadat masyarakat yang sangat sakral dan
mengkramatkan sesuatu hal yang menjadi kepercayaan dan keyakinannnya, maka
pengambilan nama sungai ”CIKARAMAS” menjadi nama desa ”DESA CIKARAMAS” adalah hasil musyawarah
bersama para tetua adat, ulama dan tokoh-tokoh masyarakat lainya sesuai dengan
maknanya ”DESA CIKURAMAS” ”DESA CIKARAMAS” mengandung makna ” CAI
KURAMAS’ (AIR KERAMAS).
Sungai Cikaramas yang membelah
dan menjadi batas Desa (Desa Cikaramas-Desa Cikawung Subang) terletak 200 Meter
dari Ibu Kota desa. Nama sungai tersebut di jadikan Nama Desa ”DESA CIKARAMAS”
dan Kampung ”KAMPUNG CIKARAMAS”, Nama Desa ” DESA CIKARAMAS” yang masuk wilayah
kabupaten Sumedang dan Nama Kampung ”KAMPUNG CIKARAMAS” berubah nama menjadi
”KAMPUNG CIAKAR CIKARAMAS” yang masuk wilayah desa cikawung kabupaten subang.
Sampai sekarang ada istilah ”CIKARAMAS PEUNTAS” , Cikaramas Peuntas Kabupaten
Subang dan Cikaramas Peuntas Kabupaten
Sumedang.
Dan untuk mengenang
jasa-jasanya sebagai penyiar agama Islam sekaligus pendiri Pondok Pesantren
Pertama. Kyai (EYANG ABDUL) setalah wafatnya di makamkan di dekat sungai
cikaramas sekitar 25 meter dari sungai yaitu terletak di Blok Sawah Cimanglid)
sampai sekarang Makam EYANG ABDUL masih terpelihara dengan baik.
Pada awal pendirian Desa
Cikaramas yang diperkirakan tahun 1880 M, Pembangunan Desa baik Pembangunan
Infrastruktur ataupun non Infrastruktur Desa telah dilaksanakan terbukti dengan
adanya jalan-jalan desa, jalan kabupaten dan jalan propinsi serta jembatan-jembatan
besi yang dibangun atas prakarsa penjajahan kolonial belanda, Pembangunan
Sekolah Rakyat (SR), Pembangunan Pondok Pesantren, Surau dll yang membuktikan
adanya keinginan masyarakat untuk membangun desanya walaupun pada dasarnya
adalah keterpaksaan atas penjajahan belanda tapi di balik semua itu ada manfaat
yang besar yang dapat di rasakan oleh masyarakat itu sendiri.
Pada zaman penjajahan jepang
bangunan-bangunan Sekolah Rakyat dan
jembatan yang ada di desa cikaramas dibumi hanguskan oleh tentara kolonial belanda
hal tersebut dilakukan agar tidak dipakai markas oleh tentara jepang.
Desa Cikaramas dijadikan
markas Tentara Belanda pada tahun 1946 Lokasi Markas Tentara Belanda di Blok
Sawah Kembang yang sekarang dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa
Cikaramas.
Pada tahun 1949 Presiden Pertama ” BAPAK SUKARNO” melewati
Desa Cikaramas dan berhenti di Perapatan Desa Cikaramas yang disambut oleh masyarakat
desa cikaramas dan beliau ” BAPAK SUKARNO” mengendong salah seorang Bayi Mungil (bernama
EPON mantan istri Kaur Keuangan Desa
Cikaramas).
Pada tahun 1958 terjadi
gerakan ”DARRUL ISLAM” yang bermarkas di Gunung Bongkok (Zaman
Kuwu SUHADMA) daerah yang menjadi sasaran DI.TII adalah Dusun Babakan Teureup,
Dusun Selebu, Dusun Cisempak, dan Gerakan DI.TII dapat ditumpas oleh TNI dan
Masyarakat dengan Pagar Betisnya pada tahun 1959-1960.
Tokoh DI.TII yang dapat
ditangkap di Gunung Bongkok adalah sdr.’INTA”
dan ditembak mati di Pasir Bungbulang (dimakamkan di pasir bungbulang perapatan
bungbulang dusun sukamukti).
Pada zaman Kolonial
Belanda Pengangkatan ”KUWU” ada
yang diangkat secara tidak langsung oleh rakyat karena kesaktiannya dan
ada pula yang diangkat oleh Penjajah Belanda karena kedekatannya. Baru pada
tahun 1969 pengangkatan ”KUWU” atau Kepala Desa
dipilih langsung oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar