Minggu, 03 Februari 2013

ASAL USUL NAMA DESA CIKARAMAS







Terdengar cerita disebuah tempat nan jauh dari ibu kota kerjaan sumedang larang terdapat sebuah tempat / padukuhan yang asri . Tempat tersebut berada 1.500 Meter dari sebuah gunung orang biasanya menyebut gunung tersebut gunung bongkok.

Dari Gunung tersebut terdapat  sebuah sungai yang membelah dan menjadi batas alam dua desa (desa cikaramas-desa cikawung subang). Dari sungai tersebut mengalir air yang mampu mengairi areal pesawahan disekitarnya dan areal pesawahan lainya sejauh 8,5 Km dari mata air.

Konon ceritanya nama Cikaramas berawal dari kisah ” Seorang Kyai (EYANG ABDUL) (pendiri sekaligus pimpinan pondok pesantren yang pertama di dusun sukamanah) kedatangan seorang tamu ( penduduk dusun)  yang bermaksud untuk memohon kepada kyai (EYANG ABDUL) mengobati salah satu keluarganya yang sedang sakit.

Dengan senang hati Kyai (EYANG ABDUL)  menerima tamu tersebut dan mempersilahkannya masuk dan bersama-sama duduk diserambi pondok. Dengan penuh kewibawaan dan kharisma yang tinggi kyai (EYANG ABDUL) menanyakan maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut walaupun dengan ilmunya, kyai (EYANG ABDUL) sudah mengetahui maksud dan tujuan tamunya. Dengan terpatah – patah tamu tersebut memaparkan maksud dan tujuannya bahwasanya salah seorang keluarganya sakit keras, dan memohon kepada kyai (EYANG ABDUL) untuk mengobatinya.

Kyai (EYANG ABDUL) tersenyum mendengar maksud dan tujuan tamunya dan dengan penuh kearifan kyai (EYANG ABDUL) menjawab bahwasanya ” Yang bisa menyembuhkan semua penyakit itu hanyalah  Allah SWT, atas ijinnya Insyallah semua penyakit yang diderita akan sembuh dengan sendirinya, Kita hanya bisa berusaha untuk sembuh.
Untuk mengembirakan tamunya kyai (EYANG ABDUL) menerima permohonan tamunya dengan satu syarat bahwa apabila yang sakit itu sembuh semua itu semata-mata karena Allah SWT bukan karena Kaula (Saya), maksud dan tujuan kyai (EYANG ABDUL) tersebut agar tidak terjadi kemusyrikan (menyekutukan ALLH SWT) dan untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Dengan ilmu yang dimilikinya kyai (EYANG ABDUL) berdo’a dan memohon kepada ALLAH SWT untuk kesembuhan pasiennya. Dengan ijin Allah kyai mendapatkan ilham bahwa salah satu sareat kesembuhan pasienya adalah air yang airnya harus diambil dari mata air gunung bongkok.

Kyai (EYANG ABDUL) memerintahkan kepada tamunya untuk mengambil air yang terletak di hulu sungai gunung bongkok. Dengan senang hati tamunya tersebut menyanggupi apa yang diperintahkan oleh Kyai (EYANG ABDUL) sambil membawa KELE (Tempat air dari pohon bambu gombong/surat dengan panjang sekitar 50 Cm) dia (tamu) tersebut bergegas pergi untuk mengambil air tersebut. Mata air gunung bongkok terletak di lembah gunung, airnya jernih dan dingin. Perjalanan menuju lembah tersebut sekitar 3  jam  dengan berjalan kaki.

Setelah beberapa jam Kyai (EYANG ABDUL) menunggu tamunya dan tidak lama kemudian tamunya tersebut datang dengan membawa KELE (tempat air) dan menyerahkannya kepada Kyai (EYANG ABDUL). Kemudian Kyai (EYANG ABDUL) membawa KELE tersebut ke kamarnya dan berdo’a untuk kesembuhan pasienya.

Setelah berdo’a ( penyerahan segala sesuatu kepada Yang Kholik)   kyai (EYANG ABDUL) menyerahkan KELE tersebut kepada tamunya dan diperintahkan agar air di dalam KELE tersebut di minum kepada yang sakit dan dijadikan biang untuk mandi.

Dengan penuh keyakinan si tamu tersebut bergegas pulang ke rumahnya dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh Kyai (EYANG ABDUL). Setelah beberapa hari kemudain atas ijin-Nya sakit yang diderita oleh salah satu keluarganya tersebut sembuh dan bisa hidup sebagaimana mestinya.

Atas kesembuhan salah satu penduduk dusun tersebut tersiar berita dari mulut ke mulut bahwa air yang diambil dari Hulu Sungai Gunung Bongkok tersebut mampu menyembuhkan penyakit, tentunya atas ijin dan ridho dari Allah SWT serta do’a sang kyai.

Lama kelamaan air yang terletak di hulu sungai gunung bongkok tersebut di keramatkan oleh sebagian orang dan menamakannya ” CIKURAMAS” (AIR KERAMAS) dan dijadikan nama sungai, Sungai ” CIKARAMAS”.

Dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman ”SUNGAI CIKURAMAS” tersebut berubah nama dengan sendirinya yaitu menjadi ” SUNGAI CIKARAMAS” sampai sekarang.

Pengambilan nama Desa oleh Para tetua kampung, tokoh – tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat pada zaman itu berdasarkan pada keadaan adat istiadat masyarakat yang sangat sakral dan mengkramatkan sesuatu hal yang menjadi kepercayaan dan keyakinannnya, maka pengambilan nama sungai ”CIKARAMAS” menjadi nama desa  ”DESA CIKARAMAS” adalah hasil musyawarah bersama para tetua adat, ulama dan tokoh-tokoh masyarakat lainya sesuai dengan maknanya ”DESA CIKURAMAS” ”DESA CIKARAMAS” mengandung makna ” CAI KURAMAS’ (AIR KERAMAS).

Sungai Cikaramas yang membelah dan menjadi batas Desa (Desa Cikaramas-Desa Cikawung Subang) terletak 200 Meter dari Ibu Kota desa. Nama sungai tersebut di jadikan Nama Desa ”DESA CIKARAMAS” dan Kampung ”KAMPUNG CIKARAMAS”, Nama Desa ” DESA CIKARAMAS” yang masuk wilayah kabupaten Sumedang dan Nama Kampung ”KAMPUNG CIKARAMAS” berubah nama menjadi ”KAMPUNG CIAKAR CIKARAMAS” yang masuk wilayah desa cikawung kabupaten subang. Sampai sekarang ada istilah ”CIKARAMAS PEUNTAS” , Cikaramas Peuntas Kabupaten Subang dan Cikaramas  Peuntas Kabupaten Sumedang.

Dan untuk mengenang jasa-jasanya sebagai penyiar agama Islam sekaligus pendiri Pondok Pesantren Pertama. Kyai (EYANG ABDUL) setalah wafatnya di makamkan di dekat sungai cikaramas sekitar 25 meter dari sungai yaitu terletak di Blok Sawah Cimanglid) sampai sekarang Makam EYANG ABDUL masih terpelihara dengan baik.

Pada awal pendirian Desa Cikaramas yang diperkirakan tahun 1880 M, Pembangunan Desa baik Pembangunan Infrastruktur ataupun non Infrastruktur Desa telah dilaksanakan terbukti dengan adanya jalan-jalan desa, jalan kabupaten dan jalan propinsi serta jembatan-jembatan besi yang dibangun atas prakarsa penjajahan kolonial belanda, Pembangunan Sekolah Rakyat (SR), Pembangunan Pondok Pesantren, Surau dll yang membuktikan adanya keinginan masyarakat untuk membangun desanya walaupun pada dasarnya adalah keterpaksaan atas penjajahan belanda tapi di balik semua itu ada manfaat yang besar yang dapat di rasakan oleh masyarakat itu sendiri.

Pada zaman penjajahan jepang bangunan-bangunan Sekolah Rakyat  dan jembatan yang ada di desa cikaramas dibumi hanguskan oleh tentara kolonial belanda hal tersebut dilakukan agar tidak dipakai markas oleh tentara jepang.

Desa Cikaramas dijadikan markas Tentara Belanda pada tahun 1946 Lokasi Markas Tentara Belanda di Blok Sawah Kembang yang sekarang dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Cikaramas.

Pada tahun 1949 Presiden  Pertama ” BAPAK SUKARNO” melewati Desa Cikaramas dan berhenti di Perapatan Desa Cikaramas yang disambut oleh masyarakat desa cikaramas dan beliau ” BAPAK SUKARNO”  mengendong salah seorang Bayi Mungil (bernama EPON mantan istri Kaur Keuangan  Desa Cikaramas).

Pada tahun 1958 terjadi gerakan ”DARRUL ISLAM” yang bermarkas di Gunung Bongkok (Zaman Kuwu SUHADMA) daerah yang menjadi sasaran DI.TII adalah Dusun Babakan Teureup, Dusun Selebu, Dusun Cisempak, dan Gerakan DI.TII dapat ditumpas oleh TNI dan Masyarakat dengan Pagar Betisnya pada tahun 1959-1960.

Tokoh DI.TII yang dapat ditangkap di Gunung Bongkok adalah sdr.’INTA” dan ditembak mati di Pasir Bungbulang (dimakamkan di pasir bungbulang perapatan bungbulang dusun sukamukti).

Pada zaman Kolonial Belanda  Pengangkatan ”KUWU”  ada  yang diangkat secara tidak langsung oleh rakyat karena kesaktiannya dan ada pula yang diangkat oleh Penjajah Belanda karena kedekatannya. Baru pada tahun 1969 pengangkatan ”KUWU” atau Kepala Desa dipilih langsung oleh masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar